Rabu, 03 Juni 2015

Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam pembelajaran - psikologi pendidikan



MAKALAH
TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Logo_UNP
                              

OLEH :
Aulia Rahmayanti
14005037/2014


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014/2015

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Belajar Kognitif
            Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. 
            Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Teori ini muncul disebabkan ahli Psikologi merasa bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dengan teori-teori sebelumnya belum memuaskan, misalnya saja dengan pembelajaran menggunakan teori Behavioristik yang mana dalam teori ini lebih menekankan hasil pada perubahan tingkah laku peserta didik. Mereka beranggapan bahwa tingkah laku seseorang selalu di dasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan pikiran terhadap situasi dimana tingkah laku itu terjadi.. bukan karena adanya stimulus yang pada akhirnya mengahasilkan respon.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”
Dari penjelasan diatas dapat  disimpulkan belajar menurut teori belajar kognitif adalah suatu aktivitas mental yang terjadi dalam diri individu sebagai bentuk interaksi aktif dengan lingkungan sekitarnya dalam memperoleh suatu perubahan baik dalam perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan juga perubahan pada nilai-nilai kehidupan.

B.     Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif

Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti : “Tahap-tahap Perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Bruner dan Ausubel.

1.      Teori Perkembangan Piaget.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu  suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Dengan makin bertembahnya umur seseorang maka semakin komplekslah susunan sarafnya dan meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai suatu yang dapat didefinisikan secara kualitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
a.       Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.
b.      Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi. 
c.       Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersofat hirarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahapa perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu :

1)      Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak mengatur sensorinya (inderanya) dan tindakan-tindakannya. Pada awal periode ini anak tidak mempunyai konsepsi tentang benda-benda secara permanen. Artinya anak belum dapat mengenal dan menemukan objek, benda apapun yang tidak dilihat, tidak disentuh atau tidak didengar. Benda-benda tersebut dianggap tidak  ada meskipun sesungguhnya ada di tempat lain.

2)      Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak sudah dapat memahami objek-objek secara sempurna, sudah dapat mencari benda yang dibutuhkannya walaupun ia tidak melihatnya. Sudah memiliki kemampuan berbahasa (dengan kata-kata pendek).

3)      Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak sudah mulai melakukan operasi dan berpikir rasional, mampu mengambil keputusan secara logis yang bersifat konkret, mampu mepertimbangkan dua aspek misalnya bentuk dan ukuran. Adanya keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan penalarannya logis dan bersifat tidak abstrak (tidak membayangkan persamaan aljabar).

4)      Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotetis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. Tiga sifat pemikiran remaja pada tahap operasional formal:

a). Remaja berfikir lebih abstrak daripada anak-anak. Para pemikir operasional formal, misalnya dapat memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang abstrak.
b).  Remaja sering berfikir tentang yang mungkin. Mereka berfikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia.
c).   Remaja mulai berfikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rancana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama deduksi hipotetis.

2.      Teori Belajar Menurut Bruner.

Dalam memandang proses belajar, bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru emberikan kesmpatan kepada siswa untuk menemukan suatu konseo, teori,  aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
a.       Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktifitas dalam upayanya memahai lingkunga sekitarnya
b.      Tahap ikonik
Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan viualisasi verbal.
c.       Tahap simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif menurut bruner adalah belajar akan berjalan dengan baik dan anak akan cendrung lebih kreatif jika guru dapat meberikan siswa kesempatan dalam mengembangkan bahasa dan juga mengembangkan dirinya agar ia dapat menemukan konsep, teori, pengetahuan, pemahaman dari apa-apa yang ia lihat dilingkungannya.

3.      Teori Belajar bermakna Ausubel.

Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.

Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah
1)  Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru
2) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif  (konsep advance organizer)
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
a. Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
b. Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
c. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
d. Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa teori belajar bermakna menurut Ausubel ialah apabila anak melakukan suatu proses belajar dimana ia dapat menghubungan informasi dengan pengetahuan sebelumnya agar pembelajaran bermakna.
C.    Aplikasi Teori Kogmitif dalam kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pebelajaran yang berpijak pada teor belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tuuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatann siswa secara aktif  dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
5.      Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6.       Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
7.       Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

     


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi bahwa setiap orang tlah memiliki pengetahuan dan pengalaman yag telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Diantara pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, bruner dan ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajat terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan bruner mengatakan bahwa belajar lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atu informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan melewati tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetauan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Teori belajar kognitif menganggap bahwa seseorang dianggap telah belajar apabila tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang suatu situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar.

B.     Saran
Sebagai calon pendidik, seseorang perlu memperhatikan bagaimana peserta didik mampu melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dalam pembelajarannya, dapat mengatur stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran peserta didik berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Untuk itu pendidik harus lebih memacu keaktifan peserta didik, retensi, pengolahan informasi yang baik, emosi dan aspek-aspek kejiwaannya.





























DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C.Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta


Terry Prameswari. 2013. Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli.
Diakses tanggal 24 Mai 2015.

Satria ADV. 2014.  Makalah pendidikan tentang “teori belajar koginitif” . (http://advae.blogspot.com/2014/10/makalah-pendidikan-tentang-teori.html). Diakses tanggal 24 Mai 2015

Nurul Ilmi. 2014. MAKALAH Teori Belajar Kognitif.  (http://rudisiswoyoalfikir.blogspot.com/2014/04/makalah-teori-belajar-kognitif.html) . Diakses tanggal 24 Mai 2014
     








Tidak ada komentar:

Posting Komentar