PROPOSAL
PROGRAM PERENCANAAN BIMBINGAN ORANG DEWASA
TENTANG BAHAYA SIKAP HIDUP SOSIALITA
OLEH Kelompok 3 :
1.
Aulia
Rahmayanti 14005037
2.
Nori
Diana Putri 14005022
3.
Sherly
Nola Utami 14005034
4.
Yolanda
14005017
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
PROPOSAL
PROGRAM
PERENCANAAN BIMBINGAN ORANG DEWASA
TENTANG
BAHAYA SIKAP HIDUP SOSIALITA
A.
Rasional
Perkembangan zaman selalu
menghasilkan suatu gebrakan baru ditengah kehidupan bermasyarakat. Begitu juga
gaya hidup yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, terlebih masyarakat golongan
strata atas. Sudah menjadi fitrahnya bagi manusia untuk dapat eksis, dianggap
ada dan dihargai ditengah kehidupan modern agar mereka tidak tergilas dengan
modernitas yang semakin maju ini.
Kehidupan modern yang bebas
membuat banyaknya kalangan masyarakat yang berprilaku bebas pula. Baik dari
segi pergaulan dan bermasyarakat. Baik dari kalangan anak-anak, remaja, pemuqda
bahkan orang dewasa sekalipun. Orang dewasa yang berada pada strata atas
cendrung bergaul dengan sesama mereka dari golongan strata atas pula. Pergaulan
mereka cendrung untuk membentuk komunitas-komunitas sesama mereka yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti arisan, pamer barang-barang mewah dan sebagainya.
Kegiatan ini tentu bukanlah perilaku hidup yang baik dan cendrung akan
menjerumuskan seseorang pada lubang kesengsaraan jika tak dapat memenuhi
tuntutan hidup dari pergaulannya.
B. Masalah
Kehidupan modern yang bebas menuntut
sikap hidup sosialita diberbagai kalangan. Terutama pada kalangan masyarakat yang berada pada strata atas. Namun ternyata sikap hidup sosialita bukanlah sikap hidup
yang baik yang dapat mengantarkan seseorang pada kesejahteraan hidup, karena
sikap hidup sosialita menuntut masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu,
wanita-wanita karir untuk dapat terus eksis, menampakkan sesuatu yang baru
ketengah-tengah kelompoknya untuk mendapatkan kesenangan. Namun ketika tidak
mampu lagi mengikuti kelompok sosialita tersebut, ia merasa sulit untuk bergaul
dengan kelompok sosialita tersebut. Merasa bahwa ia harus terus bisa memenuhi
tuntutan hidup sosialita ini merupakan suatu masalah berbahaya yang ada pada
orang dewasa.
C. Tujuan
Tujuan bimbingan ini antara
lain yaitu :
1.
Menyadarkan
orang dewasa dalam hal ini adalah ibu separuh baya dari kalangan ibu sosialita
yang sulit untuk meninggalkan kebiasaan berkumpul dengan kelompok sosialitanya.
2.
Menjauhkan
orang dewasa dari perbuatan yang menjerumuskannya ke pola hidup yang salah
3.
Mencegah
terjadinya permasalahan social dikalangan orang dewasa.
D. Jenis
Layanan
Jenis layanan yang akan
diberikan pada kasus ini adalah bimbingan individu dikarenakan dengan
diberikannya bimbingan ini harapannya bisa membantu ibu sosialita untuk dapat
menjauhkan diri dari pola hidup yang tidak baik dan membimbing ibu tersebut
membiasakan diri dengan hidup tanpa kegiatan-kegiatan yang membawa pada
kemudharatan hidup yang sia-sia.
E. Prosedur
pelaksanaan
Prosedur dalam pelaksanaan
bimbingan adalah sebagai berikut.
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu bimbingan dilaksanakan selama 2 kali
semingg u selama satu bulan. Dil;aksanakan pada hari Sabtu-Minggu pukul 15.00
s/d selesai.
b. Tempat
Pelaksanaan bimbingan bertempat di kediaman
client sendiri.
2. Narasumber
Nasumber didatangkan dari kalangan mubalighah/ustazah yang nantinya
dapat membimbing ibu sosialita tersebut.
3.
Biaya
Terlampir
(Lampiran 1)
4.
Materi
Terlampir
(lamipran 2)
F.
Evaluasi
Evaluas
dapat dilakukan melalui wawancara yang dengan menyakan sejauh mana informasi
yang telah di tanggkap oleh ibu sosialita tersebut. Selain itu, juga bisa
dengan observasi mengamatinya saat proses bimbingan sedang berlangsung.
G.
Tindak
Lanjut
Setelah
dievaluasi dengan wawancara dan observasi. Lalu diberikan tindak lanjut bagi
kegiatan bimbingan jika client masih mendapati permasalahan-permasalahan yang
ia rasa membutuhkan arahan-arahan dalam penyelesaian masalahnya tersebut.
Lampiran 1
ANGGARAN
BIAYA dalam PELAKSANAAN
NO
|
PENGELUARAN
|
JUMLAH
|
1.
|
Pembimbing
|
Rp.
1.500.000
|
2.
|
Konsumsi
|
Rp. 100.000
|
3.
|
Biaya
Tak Terduga
|
Rp. 100.000
|
Jumlah
|
Rp.
1.700.000
|
Lampiran 2
Materi
Bimbingan
A.
Apa itu Sosialita ?
Sangat sulit mencari definisi
sosialita, riset yang dilakukan pun masih sedikit sehingga makna dan arti kata
sosialita belum begitu jelas. Reverso Dictionary setidaknya memberi sekelumit
informasi mengenai kata ini. Sosialita adalah sebuah akronim yang diserap dari
bahasa Inggris ‘socialite’, berasal dari kalimat social dan elite. “A socialite
is a person who participates in social activities and spends a significant
amount of time entertaining and being entertained at fashionable upper-class
events” (“Sosialita adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu
berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menghabiskan waktu untuk menghibur
dan dihibur pada acara-acara mode kelas atas”) Selain itu terdapat pula
beberapa sumber yang mendefinisikan bahwa sosialita adalah seseorang yang
berasal dari keturunan bangsawan atau orang yang sejak dulu sudah kaya raya
atau seseorang yang berpengaruh dan memiliki kemampuan sehingga mampu
menggerakkan masyarakat.
Orang dari kalangan sosialita memang
memiliki harta yang berlimpah dan hidup dengan keadaan yang serba mewah.
Golongan sosialita lebih kepada keluarga atau seseorang yang kaya raya dan suka
berkecimpung dalam dunia sosial yang bertujuan untuk membantu banyak orang yang
berekonomi sulit atau yang membutuhkan bantuan. Selain itu golongan sosialita
sering membantu atau menyumbang hartanya untuk kegiatan kemanusiaan seperti
bencana alam atau sekedar bersedekah untuk masyarakat miskin dan tentunya
menyumbang dengan jumlah yang besar. Dari definisi diatas ada perubahan konstruksi
makna di dalam sosialita, sosialita saat ini cenderung sebuah kelompok
masyarakat yang pamer kekayaan dengan berdandan glamour serta melakukan
aktivitas-aktivitas hedonis seperti arisan bernilai ratusan juta, shooping tas
hermes berharga hingga miliaran, serta ajang pamer gadget-gadget termutakhir
yang mereka miliki.
Definisi sosialita juga cenderung
mengarah kepada sekelompok ibu-ibu muda atau bahkan tua, istri-istri dari para
konglomerat yang biasanya bermatapencaharian pengusaha hingga pejabat negara.
Entah sejak kapan kata sosialita kemudian melekat pada gender perempuan.
Pergeseran makna inilah yang kemudian harus kita amati lebih jauh, bagaimana
sebuah kelompok yang awalnya memiliki moral value tinggi kemudian bergeser
menjadi entitas yang meaningless. Bisa dikatakan bahwa saat ini definisi
sosialita adalah definisi yang negatif tadi, bukan lagi merujuk kepada sebuah
aktivitas sosial derma yang dulu
pernah menjadi identitas kata sosialita.
B. Konsep yang
dapat dikaitkan dengan kondisi konsumerisme dalam sosialita,
1. ‘Konsumsi
simbol’, itu adalah hal pertama yang akan menuntun pada proses-proses
selanjutnya, tentunya juga hal pertama penyebab konsumerisme.
2. Simulacrum
atau simulakra, merupakan sebentuk instrumen yang mampu merubah hal-hal yang
bersifat abstrak menjadi konkret dan begitu pula sebaliknya: konkret menjadi
abstrak.
3. Hiperrealitas,
hal ini menunjuk pada segala sesuatu yang bersifat “melampaui kenyataan”.
Menurut Baudrillard, hiperrealitas merupakan ciri paling kentara yang dibawa
simulakra. Sebagai contoh, sebuah iklan sabun mandi yang digunakan oleh wanita
membuatnya jadi pusat perhatian seluruh laki-laki yang melihatnya.
4. Distingsi,
merupakan “jarak sosial” yang diakibatkan oleh pilihan selera. Sebagai contoh,
kalangan sosialita tentunya ogah untuk membeli pakaian dan busana yang mereka
kenakan hanya di pasar atau bahkan awul-awul, yang mereka identikan sebagai low
culture. Mereka tentu (pasti) memilih berbelanja di mall yang berkelas dan
memilih pakaian dengan merk ternama yang berharga sangat mahal dan tentunya
merupakan high culture.
5. Sampah
visual, menurut Baudrillard sampah visual merupakan kebiasaan akut para
kapitalis yang gencar memasarkan produk-produknya melalui berbagai spanduk
berikut banner di pinggiran jalan atau di pusat perbelanjaan justru
“mendistorsi” alam pikiran mereka yang melihatnya. Sebagai contoh, di sebuah
pusat berbelanjaan terpampang sebuah banner tentang produk kecantikan dengan
modelnya yang teramat cantik. Kaum sosialita yang melihat iklan tersebut
menjadi termotivasi untuk tidak kalah cantik dengan model yang terpampang pada
banner. Alhasil mereka pun membeli produk tersebut sembari berharap agar tidak
kalah cantik dengan model tersebut.
C.
Bahaya Hidup
Sosialita
1. Dapat
mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
2. Jatuh dalam
pusaran hutang yang besar.
3. Menjadi
orang yang tamak akan harta dunia.
4. Melupakan
perannya didalam rumah tangga.
5. Sibuk dengan
urusan dunia dan melupakan persiapan untuk di hari akhir.
6. Dll.
Sosialita telah mengalami pergeseran
makna yang cukup jauh dan melenceng dari makna awal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal : globalisasi, kapitalisme, dan karakteristik masyarakat pasca
kolonial itu sendiri. Memang poros dari ketiga hal tersebut adalah kapitalisme,
namun tidak serta merta faktor eksternal saja yang membuat sosialita akhirnya
menyambangi masyarakat Indonesia. Ada faktor internal yang tak kalah
berpengaruh di sini, sifat pekewuh masyarakat Indonesia membuat gelombang arus
globalisasi dan kapitalisme dengan mudah merasuki masyarakat itu sendiri. Sifat
pekewuh inilah yang menurut saya menjadi ciri khas budaya Indonesia dan
sekaligus karakteristik masyarakat pasca kolonial yang masih lestari. Kaum
sosialita yang baru, mengalami kelumpuhan daya kritis, nafsu konsumtif yang
membelenggu membuat perhitungan ekonomi mereka menjadi “kacau”.
Haus akan eksitensi membimbing mereka pada sebuah
perilaku-perilaku hedonisme dan konsumtif. Permasalahan utama kaum sosialita
adalah pandangan mereka tentang kebutuhan, ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut
dibeli bukan atas dasar ‘kebutuhan’ melainkan sebuah ‘tren’. Mereka sangat
men-dewa-kan brand, bagi kaum sosialita hal itu adalah identitas mayor yang
harus dipahami untuk bisa terus eksis. Fenomena ini dapat dimaknai secara nakal
pula bahwa ternyata masyarakat Indonesia dengan kekuatan ekonomi yang seperti
sekarang ini mampu menciptakan sisi lain dari proses pembangunan dan sistem
ekonomi yang terus berlangsung. Kemunculan sosialita bisa jadi mengindikasikan bahwa
ekonomi Indonesia ternyata sudah mampu menciptakan sekelompok atau segelintir
kaum kaya raya yang (justru mungkin) menjadi pilar ekonomi bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar