Selasa, 02 Februari 2016


PROPOSAL
PROGRAM PERENCANAAN BIMBINGAN ORANG DEWASA
TENTANG BAHAYA SIKAP HIDUP SOSIALITA

index.jpg


OLEH Kelompok 3 :
1.      Aulia Rahmayanti       14005037
2.      Nori Diana Putri          14005022
3.      Sherly Nola Utami      14005034
4.      Yolanda                      14005017




JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

PROPOSAL
PROGRAM PERENCANAAN BIMBINGAN ORANG DEWASA
TENTANG BAHAYA SIKAP HIDUP SOSIALITA

A.    Rasional
Perkembangan zaman selalu menghasilkan suatu gebrakan baru ditengah kehidupan bermasyarakat. Begitu juga gaya hidup yang dimiliki oleh masyarakat tersebut, terlebih masyarakat golongan strata atas. Sudah menjadi fitrahnya bagi manusia untuk dapat eksis, dianggap ada dan dihargai ditengah kehidupan modern agar mereka tidak tergilas dengan modernitas yang semakin maju ini.
Kehidupan modern yang bebas membuat banyaknya kalangan masyarakat yang berprilaku bebas pula. Baik dari segi pergaulan dan bermasyarakat. Baik dari kalangan anak-anak, remaja, pemuqda bahkan orang dewasa sekalipun. Orang dewasa yang berada pada strata atas cendrung bergaul dengan sesama mereka dari golongan strata atas pula. Pergaulan mereka cendrung untuk membentuk komunitas-komunitas sesama mereka yang melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti arisan, pamer barang-barang mewah dan sebagainya. Kegiatan ini tentu bukanlah perilaku hidup yang baik dan cendrung akan menjerumuskan seseorang pada lubang kesengsaraan jika tak dapat memenuhi tuntutan hidup dari pergaulannya.
B.     Masalah
Kehidupan modern yang bebas menuntut sikap hidup sosialita diberbagai kalangan. Terutama  pada kalangan masyarakat yang berada pada strata atas. Namun ternyata sikap hidup sosialita bukanlah sikap hidup yang baik yang dapat mengantarkan seseorang pada kesejahteraan hidup, karena sikap hidup sosialita menuntut masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu, wanita-wanita karir untuk dapat terus eksis, menampakkan sesuatu yang baru ketengah-tengah kelompoknya untuk mendapatkan kesenangan. Namun ketika tidak mampu lagi mengikuti kelompok sosialita tersebut, ia merasa sulit untuk bergaul dengan kelompok sosialita tersebut. Merasa bahwa ia harus terus bisa memenuhi tuntutan hidup sosialita ini merupakan suatu masalah berbahaya yang ada pada orang dewasa.
C.    Tujuan
Tujuan bimbingan ini antara lain yaitu :
1.      Menyadarkan orang dewasa dalam hal ini adalah ibu separuh baya dari kalangan ibu sosialita yang sulit untuk meninggalkan kebiasaan berkumpul dengan kelompok sosialitanya.
2.      Menjauhkan orang dewasa dari perbuatan yang menjerumuskannya ke pola hidup yang salah
3.      Mencegah terjadinya permasalahan social dikalangan orang dewasa.

D.    Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan pada kasus ini adalah bimbingan individu dikarenakan dengan diberikannya bimbingan ini harapannya bisa membantu ibu sosialita untuk dapat menjauhkan diri dari pola hidup yang tidak baik dan membimbing ibu tersebut membiasakan diri dengan hidup tanpa kegiatan-kegiatan yang membawa pada kemudharatan hidup yang sia-sia.
E.     Prosedur pelaksanaan
Prosedur dalam pelaksanaan bimbingan adalah sebagai berikut.
1.      Waktu dan Tempat
a.       Waktu bimbingan dilaksanakan selama 2 kali semingg u selama satu bulan. Dil;aksanakan pada hari Sabtu-Minggu pukul 15.00 s/d selesai.
b.      Tempat
Pelaksanaan bimbingan bertempat di kediaman client sendiri.
2.      Narasumber
Nasumber didatangkan dari kalangan mubalighah/ustazah yang nantinya dapat membimbing ibu sosialita tersebut.
3.      Biaya
Terlampir (Lampiran 1)
4.      Materi
Terlampir (lamipran 2)
F.      Evaluasi
Evaluas dapat dilakukan melalui wawancara yang dengan menyakan sejauh mana informasi yang telah di tanggkap oleh ibu sosialita tersebut. Selain itu, juga bisa dengan observasi mengamatinya saat proses bimbingan sedang berlangsung.
G.    Tindak Lanjut
Setelah dievaluasi dengan wawancara dan observasi. Lalu diberikan tindak lanjut bagi kegiatan bimbingan jika client masih mendapati permasalahan-permasalahan yang ia rasa membutuhkan arahan-arahan dalam penyelesaian masalahnya tersebut.











Lampiran 1
ANGGARAN BIAYA dalam PELAKSANAAN

NO
PENGELUARAN
JUMLAH
1.
Pembimbing
Rp. 1.500.000
2.
Konsumsi
Rp.  100.000
3.
Biaya Tak Terduga
Rp.  100.000
Jumlah
Rp. 1.700.000












Lampiran 2
Materi Bimbingan
A.    Apa itu Sosialita ?

Sangat sulit mencari definisi sosialita, riset yang dilakukan pun masih sedikit sehingga makna dan arti kata sosialita belum begitu jelas. Reverso Dictionary setidaknya memberi sekelumit informasi mengenai kata ini. Sosialita adalah sebuah akronim yang diserap dari bahasa Inggris ‘socialite’, berasal dari kalimat social dan elite. “A socialite is a person who participates in social activities and spends a significant amount of time entertaining and being entertained at fashionable upper-class events” (“Sosialita adalah seseorang atau sekelompok orang yang selalu berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan menghabiskan waktu untuk menghibur dan dihibur pada acara-acara mode kelas atas”) Selain itu terdapat pula beberapa sumber yang mendefinisikan bahwa sosialita adalah seseorang yang berasal dari keturunan bangsawan atau orang yang sejak dulu sudah kaya raya atau seseorang yang berpengaruh dan memiliki kemampuan sehingga mampu menggerakkan masyarakat.
Orang dari kalangan sosialita memang memiliki harta yang berlimpah dan hidup dengan keadaan yang serba mewah. Golongan sosialita lebih kepada keluarga atau seseorang yang kaya raya dan suka berkecimpung dalam dunia sosial yang bertujuan untuk membantu banyak orang yang berekonomi sulit atau yang membutuhkan bantuan. Selain itu golongan sosialita sering membantu atau menyumbang hartanya untuk kegiatan kemanusiaan seperti bencana alam atau sekedar bersedekah untuk masyarakat miskin dan tentunya menyumbang dengan jumlah yang besar. Dari definisi diatas ada perubahan konstruksi makna di dalam sosialita, sosialita saat ini cenderung sebuah kelompok masyarakat yang pamer kekayaan dengan berdandan glamour serta melakukan aktivitas-aktivitas hedonis seperti arisan bernilai ratusan juta, shooping tas hermes berharga hingga miliaran, serta ajang pamer gadget-gadget termutakhir yang mereka miliki.
Definisi sosialita juga cenderung mengarah kepada sekelompok ibu-ibu muda atau bahkan tua, istri-istri dari para konglomerat yang biasanya bermatapencaharian pengusaha hingga pejabat negara. Entah sejak kapan kata sosialita kemudian melekat pada gender perempuan. Pergeseran makna inilah yang kemudian harus kita amati lebih jauh, bagaimana sebuah kelompok yang awalnya memiliki moral value tinggi kemudian bergeser menjadi entitas yang meaningless. Bisa dikatakan bahwa saat ini definisi sosialita adalah definisi yang negatif tadi, bukan lagi merujuk kepada sebuah aktivitas sosial derma yang dulu
pernah menjadi identitas kata sosialita.

B.     Konsep yang dapat dikaitkan dengan kondisi konsumerisme dalam sosialita,

1.      ‘Konsumsi simbol’, itu adalah hal pertama yang akan menuntun pada proses-proses selanjutnya, tentunya juga hal pertama penyebab konsumerisme.
2.      Simulacrum atau simulakra, merupakan sebentuk instrumen yang mampu merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi konkret dan begitu pula sebaliknya: konkret menjadi abstrak.
3.      Hiperrealitas, hal ini menunjuk pada segala sesuatu yang bersifat “melampaui kenyataan”. Menurut Baudrillard, hiperrealitas merupakan ciri paling kentara yang dibawa simulakra. Sebagai contoh, sebuah iklan sabun mandi yang digunakan oleh wanita membuatnya jadi pusat perhatian seluruh laki-laki yang melihatnya.
4.      Distingsi, merupakan “jarak sosial” yang diakibatkan oleh pilihan selera. Sebagai contoh, kalangan sosialita tentunya ogah untuk membeli pakaian dan busana yang mereka kenakan hanya di pasar atau bahkan awul-awul, yang mereka identikan sebagai low culture. Mereka tentu (pasti) memilih berbelanja di mall yang berkelas dan memilih pakaian dengan merk ternama yang berharga sangat mahal dan tentunya merupakan high culture.
5.      Sampah visual, menurut Baudrillard sampah visual merupakan kebiasaan akut para kapitalis yang gencar memasarkan produk-produknya melalui berbagai spanduk berikut banner di pinggiran jalan atau di pusat perbelanjaan justru “mendistorsi” alam pikiran mereka yang melihatnya. Sebagai contoh, di sebuah pusat berbelanjaan terpampang sebuah banner tentang produk kecantikan dengan modelnya yang teramat cantik. Kaum sosialita yang melihat iklan tersebut menjadi termotivasi untuk tidak kalah cantik dengan model yang terpampang pada banner. Alhasil mereka pun membeli produk tersebut sembari berharap agar tidak kalah cantik dengan model tersebut.
C.    Bahaya Hidup Sosialita
1.      Dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
2.      Jatuh dalam pusaran hutang yang besar.
3.      Menjadi orang yang tamak akan harta dunia.
4.      Melupakan perannya didalam rumah tangga.
5.      Sibuk dengan urusan dunia dan melupakan persiapan untuk di hari akhir.
6.      Dll.
Sosialita telah mengalami pergeseran makna yang cukup jauh dan melenceng dari makna awal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : globalisasi, kapitalisme, dan karakteristik masyarakat pasca kolonial itu sendiri. Memang poros dari ketiga hal tersebut adalah kapitalisme, namun tidak serta merta faktor eksternal saja yang membuat sosialita akhirnya menyambangi masyarakat Indonesia. Ada faktor internal yang tak kalah berpengaruh di sini, sifat pekewuh masyarakat Indonesia membuat gelombang arus globalisasi dan kapitalisme dengan mudah merasuki masyarakat itu sendiri. Sifat pekewuh inilah yang menurut saya menjadi ciri khas budaya Indonesia dan sekaligus karakteristik masyarakat pasca kolonial yang masih lestari. Kaum sosialita yang baru, mengalami kelumpuhan daya kritis, nafsu konsumtif yang membelenggu membuat perhitungan ekonomi mereka menjadi “kacau”.
      Haus akan eksitensi membimbing mereka pada sebuah perilaku-perilaku hedonisme dan konsumtif. Permasalahan utama kaum sosialita adalah pandangan mereka tentang kebutuhan, ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut dibeli bukan atas dasar ‘kebutuhan’ melainkan sebuah ‘tren’. Mereka sangat men-dewa-kan brand, bagi kaum sosialita hal itu adalah identitas mayor yang harus dipahami untuk bisa terus eksis. Fenomena ini dapat dimaknai secara nakal pula bahwa ternyata masyarakat Indonesia dengan kekuatan ekonomi yang seperti sekarang ini mampu menciptakan sisi lain dari proses pembangunan dan sistem ekonomi yang terus berlangsung. Kemunculan sosialita bisa jadi mengindikasikan bahwa ekonomi Indonesia ternyata sudah mampu menciptakan sekelompok atau segelintir kaum kaya raya yang (justru mungkin) menjadi pilar ekonomi bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar